KIRANA

                       
pic by google

“Apa mau mu? “

“Mau ku ? Aku tidak mau apa-apa..”

“Lalu kenapa kamu terus mengikutiku dari tadi ?”

“Aku ingin menemani mu..”

“Aku tidak ingin ditemani !”

“Aku tidak ingin melihatmu sedih seperti ini..”

“Aku tidak sedih! “

“Kalau begitu biarkan aku menemani mu..”

“Kan sudah kubilang, aku tidak ingin ditemani !!”

“Berarti kamu sedang sedih..”

“Ku mohon, aku tidak suka kamu terus mengikuti ku sejak tadi..”

“Kalau begitu biarkan aku jalan bersamamu.”


Lekaki ini, sungguh aku tak mengerti bagaimana caranya untuk bicara baik-baik dengannya. Sifatnya selalu ngeyel saat berhadapan denganku, aku juga tidak mengerti bagaimana bisa aku kenal orang seperti dia, dan lebih parah lagi aku harus menerima kenyataan yang pahit. Bahwa ternyata aku benar-benar mengenalnya! Bahkan sudah lebih dari 2 tahun saat aku berkenalan dengannya ketika kami sama-sama masuk universitas ini. Gentala Dwi Darpa. Aku biasa memanggilnya dengan sebutan Genta walau dia terus memaksa ku untuk memanggilnya Tala.


Aku terus mengikuti langkahnya setelah dia keluar dari kelas kosong yang sudah ditinggalkan para 
mahasiswanya. Entah apa yang mendorongku untuk melewati lorong kelas itu, yang pasti aku sedang berusaha melarikan diri dari mata kuliah sipil yang seharusnya aku hadiri sore tadi. Lagi, untuk kesekian kali nya aku mendengar Kirana menangis di hadapan laki-laki berengsek itu, laki-laki yang terus membuatnya menangis dan laki-laki yang sudah setahu belakangan menjadi pacarnya.
Aku menatap tajam wajah laki-laki sialan itu saat dia keluar kelas, meninggalkan Kirana dengan tangis dan yang lebih parah baru ku ketahui pipinya memerah.

“Kirana…” Panggil gue saat dia baru keluar dari kelas, matanya sembab dan masih mengeluarkan air mata, aku tahu pipinya pasti terasa sakit tapi dia menyembunyikan semuanya.

“Kamu enggak kenapa-kenapa kan ? “

“Aku enggak apa-apa..”Kata Kirana sambil terus berjalan melewati ku.

“Dia melakukan itu lagi sama kamu ? Aku perlu kasih dia pelajaran..”

“Aku enggak apa-apa Genta! Dan tolong jangan ikut campur sama urusan aku dan Rama..”

Euuuh….. nama itu lagi, untuk mendengarnya saja aku sudah geram, jika saja Kirana mengijinkan ku untuk menghajarnya, laki-laki itu sudah mati di genggaman ku. Bukannya membuat Kirana bahagia dia malah membuatnya menderita.

“Rana… “ nafas ku tersengal-sengal dan kirana hanya menatapku sebentar lalu meneruskan berjalan.

“Berhentilah sebentar, aku capek dan haus..”

“Tidak ada yang memintamu untuk ikut bersama ku kan tadi..” Katanya ketus.

“Yaaa.. memang tidak ada, tapi aku ingin menemani mu..”

“Kalau begitu temani aku berjalan sampai rumah !”

Aku melotot.

“Kamu bercanda?? Rumahmu kan jauh, dengan kendaraan saja aku harus menghabiskan waktu satu setengah jam untuk menjemputmu, kalau kita berjalan kaki baru shubuh nanti kita akan sampai..”

Kali ini tubuh Kirana berbalik ke arahku, sambil tertawa kecil dia meledek ucapan ku barusan. Meski hanya sedikit aku senang melihatnya tersenyum seperti itu.

“Kamu berlebihan, kalau kamu terus berhenti berjalan seperti ini, aku bahkan bisa bertaruh satu ice green tea latte ukuran large esok pagi kita belum juga sampai dirumahku. Jadi cepatlah berjalan, masa laki-laki letoy sepertimu..”

“Rana.. Ayolaah.. aku yang akan mentraktir kamu, satu green tea latte ukuran large, asalkan kamu mau berhenti berjalan dan membiarkan kaki jenjang mu itu beristirahat.”

“”Tidak usah, aku masih sanggup berjalan.. kalau kamu capek, berhentilah dan pulang aku sudah tidak apa-apa dan aku akan pulang juga.”

Kirana senyum meyakinkan ku, sayangnya aku tidak yakin bahwa gadis ini akan langsung pulang jika aku meninggalkannya. Pasti aka nada saja hal-hal aneh yang dia lakukan, mesti aku juga yakin dia bisa menjaga dirinya, tapi dia bisa saja membuat Orang tuanya khawatir, dan aku juga.

“Baiklah.. akan kutambah dengan 2 batang coklat kesukaanmu jika kamu mau beristirahat sebentar.”

“Jika ditambah dengan kamu memberikan ku susu putih setiap hari selama seminggu, aku setuju..”

“Apapun mau mu nona ! Sekarang, cepat cari tempat istirahat aku capek mengikuti mu.” Penawaran yang aku rasa cukup alot untuk mengajak gadis ini istirahat. Pasalnya aku harus menyisihkan lagi sebagian uang jajanku untuk memenuhi keinginan gadis cantik ini. aah.. sudahlah itu bukan masalah besar Tala.

Kali ini kaki Kirana membawaku ketempat yang benar, tempat yang sedari tadi aku rindukan, yaa walau hanya mini market dengan deretan kursi di depannya tapi aku lega, akhirnya aku bertemu dengan kursi danbisa membuat kaki ku berhenti berjalan.

Aku masih memandanginya, susu putih karton ukuran 250ml dan dingin. Karena aku bisa melihat butiran-butiran air yang ada dipermukaan kemasan susu itu, kini sudah pasrah berada di genggaman Kirana. Entah, bagiku aku lebih senang memanggilnya dengan sebutan Rana. Bagiku nama Kirana itu.. terlalu kuno. Seperti nama perempuan-perempuan pada jaman majapahit yang meski cantik tapi mereka penurut bahkan ketika mereka ditindas dan disakiti. Mungkin karena nama itu juga Rana memiliki kesamaan dengan nama masalalunya. Mungkin.



 To be Continued :D


Komentar

  1. wah bersambung ternyata. ditunggu ya lanjutan nya

    BalasHapus
  2. yaa ternyata bersambung ceritanya yaa, ditunggu lanjutannya kasih konflik yang seru juga yaa :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer